BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah untuk mengurangi resiko bangunan tidak bisa terpakai atau tidak bisa digunakan setelah dibangun, yang dikarenakan banyak hal.
Kiranya hampir semua orang tahu bahwa kegiatan perencanaan itu mahal. Namun lebih mahal lagi apabila pembangunan tanpa diawali dengan sebuah perencanaan yang biasanya melibatkan campur tangan maupun pemikiran seorang arsitek.
Sebuah pembangunan yang dilakukan tanpa adanya sumbangsi dari pemikiran seorang arsitek biasanya akan berjalan timpang, karena terkadang dalam memutuskan sebuah tindakan untuk pembangunan seorang klien biasanya hanya berpedoman pada literatur - literatur bangunan yang pernah ia lihat disekelilingnya, padahal jika ia melibatkan seorang arsitek maka akan keluar begitu banyak ide - ide segar dan unik yang belum ia ketahui sebelumnya. Ya, itulah salah satu kelebihan yang seharusnya ada dari pemikiran seorang arsitek.
Hal kecil lain yang dapat terjadi apabila pembangunan Rumah tanpa adanya campur tangan dari seorang arsitek, antara lain sebagai berikut ;
- Adanya "Konsep" bangunan / rumah yang tidak terdefinisi
- Perencanaan yang kurang matang terhadap program kebutuhan ruang, mulai dari kebutuhan ruang saat ini sampai dengan prediksi kebutuhan ruang dimasa yang akan datang. Hal ini biasanya sering terlupakan, baik klien maupun arsitek itu sendiri. Oleh karena itu pilihlah arsitek yang benar-benar dapat membantu anda sepenuhnya.
- Meningkatnya biaya pembangunan rumah yang tidak terkontrol. Tanpa adanya sebuah perencanaan yang jelas, maka biasanya seseorang akan membangun rumahnya berdasarkan "kebutuhan, pemikiran, maupun ide" yang ia pikirkan saat itu, sehingga sering terlupakan alternatif - alternatif lain yang kemungkinan berpotensi lebih murah & hemat.
- Adanya sedikit penyesalan diakhir pembangunan. Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini dapat terjadi kepada siapa saja, dimana biasanya akan muncul pemikiran ; "Mengapa tidak begini atau begitu" atau "seharusnya dulu saya,,,,"
- Dan lain-lain.
TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengurangi resiko dan mempelajari pembangunan bangunan yang sesuai dengan prosedur dan dapat bermanfaat dengan baik, agar dapat digunakan sesuai fungsinya, dan dapat dihuni dengan baik setelah bangunan selesai dibangun.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Evaluasi Pasca Huni ini didasari keinginan untuk mengetahui dampak dari desain arsitektur bangunan dalam beberapa periode tahun pembangunannya terhadap penghuninya. Hal ini penting untuk mengetahui performa bangunan rusunawa termasuk didalamnya fungsi dan ketersediaannya fasilitas. Evaluasi pasca huni pada rusunawa di DKI Jakarta adalah untuk mengetahui persepsi penghuni terhadap perkembangan performa desain arsitektur bangunan rusunawa berdasarkan beberapa periode pembangunan. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk memperbaiki desain rusunawa masa yang akan dating. Tujuan dari evaluasi pasca huni untuk :
1.
menghasilkan dasar pertimbangan terhadap desain arsitektur bangunan rumah susun yang sesuai dengan standar pembangunan gedung, kenyamanan penghuni dan optimasi biaya pengelolaan dan
2.
meminimalkan permasalahan dan kekeliruan dalam perancangan, sehingga desain dan penggunaan bahan bangunan yang dihasilkan pada masa yang akan dating menjadi lebih baik. Identifikasi masalah yang dilakukan berdasarkan pengamatan awal terhadap arsitektur bangunan antara lain:
a.permasalahan kebutuhan jenis ruang,
b.permasalahan besaran ruang dan
c.
permasalahan jenis bahan dan material. Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi dan pengamatan di lapangan dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa perkembangan arsitektur baik dari kebutuhan akan jenis program ruang, besaran dan ukuran ruang serta penggunaan material/bahan bangunan dalam beberapa periode, semakin lama menjadi lebih baik. Dapat dijelaskan bahwa beberapa jenis kebutuhan akan program ruang, besaran dan ukuran ruang serta penggunaan material/bahan bangunan yang digunakan adalah sebagai berikut:
(a)
kebutuhan akan jenis ruang semakin berkembang dalam beberapa periode pembangunan, ini terlihat dari makin bervariasinya program ruang,
(b)
besaran ruang pada unit hunian semakin lama semakin besar, sesuai dengan ketentuan bahwa unit paling kecil adalah 30 M2 dengan 2 (dua) ruang tidur, kebutuhan besaran unit juga perlu diperhatikan terhadap target penghuni yang berbeda dan disesuaikan kebutuhan ruang dari target penghuni seperti buruh pabrik/mahasiswa atau keluarga kecil/menengah yang hanya membutuhkan ruang serbaguna untuk unit huniannya.
3.
perletakan zona ruang dalam beberapa periode tidak mengalami perubahan yang drastis, penempatan zona ruang pada unit hunian sudah memenuh criteria dalam standar penataan ruang,
4.
jenis bahan dan material semakin lama berdasarkan beberapa periode semakin baik, hanya pada bagian-bagian tertentu penggunaan bahan dan material belum memenuhi satu criteria, antara lain finishing untuk ruang dalam unit hunian dan
5.
desain dan tampak muka (façade) bangunan rusunawa semakin baik, sehingga dapat meningkatkan image dari rusunawa tersebut. Selanjutnya untuk memperbaiki persepsi negative atas rusunawa dapat direkomendasikan antara lain:
a.
berusaha melahirkan bentukan yang lebih dinamis dan imajinatif,
b.memilih material bangunan yang rendah perawatan
c.
mengolah pilihan material tersebut menjadi lebih menarik dan memiliki nilai estetis.
BAB 3 METODOLOGI
Analisis ini menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisi dengan cara mengumpulkan data berupa cerita rinci atau keadaan sebenarnya. Dengan kata lain, analisi kualitaitf adalah analisis dengan cara mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep dan teori.
Analisi data secara kualitatif dilakukan berdasrkan logika dan argumentsi yang bersifat ilmiah. langkah-langka ini meliputi survey obyek-obyek komparsi, lokasi tapak untuk mendapatkan data-data dan komparsi yang berhubungan dengan obyek perancangan.
Pengumpulan dan pengolahan data. baik primer maupun sekunder berfungsi dalam proses perancangan obyek studi. Data primer dapat berasal dari pengamatan secara langsung dengan orang-orang yang berkecimpung di dalamanya. Sedangkan data sekunder diperoleh tanpa pengamatan langsung, tetapi menunjang proses kajian yang berkaitan dengan objek studi. Data-data tersebut kemudian diolah dan dianalisi hingga memperoleh alternatif berupa sintesis dan konsep.
pengumpulan data dengan analisis unsur-unsur yang ada pada tapak dan interaksinya, sehingga muncul masalah yang lebih spesifik. Sedangkan evaluasi dialkukan melalui tahap informasi kondisi, potemsi, daya dukung tapak terhadap lingkungan sekitar, hipotesa dan sintesis.Dalam pencarian data dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara mengadakan survei lapangan. Untuk metode pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan metode observasi, yaitu melakukan survey langsung ke lokasi. Hal ini mutlak diperlukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya lokasi proyek. Untuk menganalisa keretakkan jembatan, diperlukan pengamatan terhadap bentuk dan panjang retak, arah retak dan lokasi retak. Sehingga dapat melakukan hipotesa awal penyebab keretakkan jembtan tersebut.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari beberapa instansi terkait. Data yang diperlukan untuk menganalisa keretakkan jembatan adalah as build drawing dari jembatan, peta perlintasan jembatan, kondisi tanah dan lain sebagainya.
BAB 4 STUDI KASUS
Bangunan Puskesmas rawat inap bersumber dari APBD Provinsi Riau di Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan tidak bermamfaat. Pasalnya, fisik bangunan dengan Tahun Anggaran 2008 ini sudah hancur dan rusak berat.
Demikian temuan reses anggota DPRD Pelalawan Daerah Pemilihan 2 beberapa hari yang lalu ke kecamatan Teluk Meranti. Dari temuan, tersebut kondisi bangunan fisik Puskesmas rusak berat, dinding bangunan retak-retak. Jika tidak segera di renovasi bangunan ini akan roboh.
Salah seorang, anggota DPRD Pelalawan Suprianto, mengaku, kondisi Puskesmas ini sama sekali tidak ada dilakukan upaya perbaikan oleh dinas Kesehatan provinsi, soalnya sejak pembangunan puskesmas ini dihentikan pekerjaannya sampai sekarang tidak di perbaiki sementara anggaran yang diperuntukan untuk membangun puskesmas ini mencapai milyaran rupiah.
Ia menjelaskan, sebelumnya hasil pembangunan Puskesmas Rawat inap di Teluk meranti juga sudah di kunjungi oleh anggota DPRD Provinsi dari komisi yang membidangi nya, namun sampai sekarang tidak ada tanggapan serius dari Diskes Provinsi Riau terkait hancurnya bangunan Puskesmas itu.
BAB 5 PEMBAHASAN
Lagi-lagi terjadi kegagalan bangunan, kali ini Gedung Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi Riau terkesan amburadul.
Intisari yang dapat saya ambil dari pemberitaan Riau Pos Jumat, tanggal 3 Desember 2010, halaman 27 (Pro-Pelalawan) adalah sebagai berikut ini.Pertama: Puskesmas yang dibangun dari tahun 2008 s/d 2010 ini “sudah retak dan akan runtuh”. Kedua: Berdasarkan pantauan Riau Pos, Rabu (1/12), “Puskesmas ini rusak berat”. Ketiga: Menurut Lurah Teluk Meranti H Hasan, “Bagunan rusak parah, tidak mungkin digunakan, apalagi kerusakan tidak hanya retak dibebera sisi terlihat temboknya jebol dan pondasinya patah.
Keempat: Menurut Camat Meranti Dahnil, “bangunan yang dikerjakan rusak parah”. Kelima: Menurut dua kadis eks pecahan Dinas PU, yaitu Kadis Cipta Karya Zainal Abidin dan Kadis PU Atmonadi, (1) Menduga bahwa penyebab kerusakan berat bangunan Puskesmas Teluk Meranti adalah pondasi patah. (2) Menduga kelalaian kontraktor dalam melaksanakan pembagunan, dan “bukan karena kesalahan konsultan”.
Melihat situasi seperti apa yang telah diberitakan, yang pertama saya komentarin adalah bahwa “Munking Saja Salah Perencana”, sesuai dengan judul tulisan ini. Mengapa demikian? Dari gambar (Riau Pos) tampak dinding jebol, jadi jelas balok sloof (atau Tie Beam) yang menopang dinding patah, lepas, atau bisa jadi pondasi turun (larga Settlement). Kondisi bisa saja karena perencanaan penempatan pondasi dinding yang berbeda jenis atau kedalaman yang berbeda dengan pondasi induk. Bisa jadi perencanaan balok sloof atau tie beam yang tidak matang, sistem pemikulnya salah atau dimensi sloof kekecilan. Jadi hal ini mungkin saja kesalahan perencana, tolong evaluasi dulu, baru membuat pernyataan!
Kemudian kontraktor dan konsultan pengawas sudah jelas bersalah, sehingga terjadi kegagalan bangunan yang begitu parah. Seandainya ada kesalahan desain, seharusnya kontraktor dan konsultan pengawas pemenang tender harus mempelajari gambar kerja sebelum pelaksanaannya. Karena kontraktor dan konsultan pemenang tender seharusnya merupakan pihak yang sudah mampu dalam hal teknis sesuai dengan profesionalnya
BAB 6 PENUTUP
Kesimpulan
dari makalah diatas sudah dapat disimpulkan bahwa kesalahan perencanaan dapat bersifat fatal, sehingga bangunan rusak sebelum bisa dipakai, hasilnya juga tidak dapat digunakan dengan baik, dan merugikan banyak pihak. oleh karena itu pentingnya analisis dan perencanaan yang baik merupakan faktor yang penting dalam pembangunan.
Saran
Melalui makalah ini saya ingin menyampaikan bahwa dalam membangun bangunan harus menyiapkan sebuah perencanaan yang baik agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan fungsinya, serta strukturnya harus diperhatikan agar bangunan tidak rusak sebelum dipakai seperti contoh diatas.
DAFTAR PUSTAKA