Konservasi
adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari
bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau
perlindungan.
Sedangkan
menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah :
- Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
- Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam (fisik).
- Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.
- Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan.
- Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.
Dalam
praktek di lapangan, kerap kali masih ditemukan pengertian dan persepsi tentang
konservasi yang keliru, yaitu seolah-olah konservasi melarang total pemanfataan
sumberdaya alam. Berlandaskan pada pengertian tersebut masyarakat, khususnya
penduduk setempat yang bermukim di sekitar kawasan konservasi, dilarang keras
untuk dapat menikmati berbagai manfaat yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
Penduduk dipisahkan dengan lingkungannya secara paksa, padahal mereka secara
turun-temurun telah lama tinggal di wilayahnya.
Tujuan
utama konservasi, menurut ”Strategi Konservasi Sedunia” (World Conservation
Strategy), ada tiga, yaitu:
- memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan,
- mempertahankan keanekaan genetis.
- menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkelanjutan
Secara
garis besar aspek konservasi dapat dijelaskan meliputi :
- Kawasan penyangga kehidupan yang perlu dilindungi agar terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam.
- Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang dilakukan antara lain dengan :
§ Pemanfaatan
jenis dan pembudidayaan jenis (domestifikasi jenis baik hewan maupun tumbuhan)
yang ada dalam kawasan suaka alam. Eksplorasi jenis terus dilakukan diteruskan
dengan menggali pemanfaatannya bagi umat manusia, termasuk menggali kemungkinan
genetic improvment untuk meningkatkan produktivitas dan menghindari dampak
negatif geopotitik pelestarian plasma nutfah.
§ Pemanfaatan
kawasan pelestarian alam untuk kepentingan pariwisata alam, ilmu pengetahuan
dan teknologi, pendidikan dan budaya.
§ Menjaga
dan mencari bentuk kawasan budidaya (hutan produksi) dan kawasan lainnya agar
dapat disesuaikan dengan karakteristik ekosistemnya seperti percampuran
tanaman, pergiliran tanaman, agroforestry, silvofishery, silvopasture dan
lain-lain dengan mengutamakan landasan konservasi daya alam.
§ Pertimbangan
Konservasi tanah dan air selalu digunakan dalam kesatuan ekosistem binaan.
§ Budidaya
jenis di dalam suatu ekosistem tertentu dilakukan juga dengan pertimbangan
satwa liar yang bersifat migran.
Banyak
metode dan alat yang tersedia dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang salah
satunya adalah sebagai berikut:
Konservasi
Eksitu, meliputi metode dan alat untuk melindungi spesies tanaman, satwa liar
dan organisme mikro serta varietas genetik di luar habitat/ekosistem aslinya.
Kegiatan yang umum dilakukan antara lain penangkaran, penyimpanan atau
pengklonan karena alasan:
- Habitat mengalami kerusakan akibat konversi;
- Materi tersebut dapat digunakan untuk penelitian, percobaan, pengembangan produk baru atau pendidikan lingkungan. Dalam metode tersebut termasuk: pembangunan kebun raya, koleksi mikologi, museum, bank biji, koleksi kultur jaringan dan kebun binatang. Mengingat bahwa organisme dikelola dalam lingkungan buatan, metode eksitu mengisolasi spesies dari proses-proses evolusi.
Kebun Raya Bogor
Kebun
Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang
terletak di Kota Bogor, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektaree dan memiliki
15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan.
Saat
ini Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi sebagai tempat wisata, terutama hari
Sabtu dan Minggu. Di sekitar Kebun Raya Bogor tersebar pusat-pusat keilmuan
yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi Bogor, dan PUSTAKA.
Kebun
Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr.
Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur
Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C.
Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan
Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono
Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu
pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Pada
saat kepemimpinan tokoh-tokoh itu telah dilakukan kegiatan pembuatan katalog
mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan
Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200
spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia,
pengumpulan tanam-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya
vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika,
kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan
internal di Kebun Raya yaitu:
- Herbarium
- Museum
- Laboratorium Botani
- Kebun Percobaan
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium Farmasi
- Cabang Kebun Raya di Sibolangit, Deli Serdang dan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan
- Perpustakaan Fotografi dan Tata Usaha
- Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (cikal bakal IPB).
Kesimpulan
:
Biaya
pelestarian suaka alam sangat tinggi. Faktor inilah yang menjadikan kegiatan
pengelolaan konservasi sumberdaya tidak populer dan terkesan kurang mendapat
perhatian yang memadai. Namun jika pemanfaatan objek konservasi baik melalui
penemuan atau domestifikasi jenis yang bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat, pendayagunaan kawasan untuk kepentingan tertentu seperti
pariwisata, pendidikan dan lain-lain sampai kepada upaya genetic improvment
dapat dilakukan dan layak jual maka kegiatan konservasi tidak lagi spending
money akan tetapi menjadi earning money. Dengan kata lain tidak hanya cukup
dengan menyebut pengelolaan konservasi tetapi menjadi bisnis konservasi. Kegiatan
Konservasi dengan pola pikir ini sudah harus memikirkan jumlah uang yang bisa
diperoleh dari bisnis ini dan harapannya akan selalu meningkat.
Dari
uraian mengenai tujuan konservasi tersebut, kita tahu bahwa tidak ada larangan
bagi manusia untuk memanfaatkan varitas, jenis, dan ekosistem yang ada di
sekitarnya. Dan bila dilihat dari sejarah perkembangan peradaban manusia di
muka bumi, sesungguhnya manusia tidak pernah lepas dari aspek pemanfaatan dan
pengelolaan keanekaragaman jenis dan ekosistem di lingkungan sekitarnya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar